Terjemahan harafiah kalimat di atas adalah “Jika percaya dan bekerja keras, Anda bisa,”. Semisal kalimat itu keluar dari mulut Patrick Star, tak sebaiknya kita percaya. Yang jadi soal, kalimat itu diucapkah oleh Diego Pablo Simeone, manajer yang membawa Atletico Madrid merusak duopoli La Liga musim 2013/2014.
Klasik dan klise. Tapi itu adalah formula yang berlaku eternal, sama seperti api abadi Mrapen. Sulit membantah ucapan Simeone itu jika melihat pencapaian Atleti musim ini. Gelar La Liga dan kesempatan doblete dengan trofi Liga Champions yang bisa diraih dini hari nanti waktu Indonesia bagian mana saja.
Atleti memang bukan klub kere, Los Clochoneros adalah klub terkaya nomor tiga di Spanyol. Tapi disparitas antara Atleti dengan Real Madrid dan Barcelona sangatlah jauh. Nilai pasar pemain Atleti £248,16 juta sangat inferior dibandingkan Madrid (£502, 83 juta) dan Barca (£517, 53 juta). Musim panas kemarin Atleti melepas Falcao, sumber gol utama musim lalu. Sementara Barca dan Madrid melakukan mega transfer dengan mendatangkan Neymar dan Gareth Bale.
Tapi di akhir musim klub belang merah-putih lah yang tertawa. Juara di Camp Nou, di depan tatapan mata 96.000 Barcelonistas. Duet kepercayaan dan kerja keras mengambil peran utama di sini, walau faktor bakat tak bisa dikesampingkan.
Atleti adalah contoh terbaru. Yang sudah agak usang banyak. Mohammad Ali pernah bilang ia sangat membenci latihan, tapi tetap saja tekun berlatih karena ia sadar itu akan membawanya jadi juara dunia tinju. David Beckham melatih tendangan bebasnya berjam-jam untuk bisa menunjukkan dunia gol lengkungan bola menawan yang membawa Inggris lolos ke Piala Dunia 2002.
Dan sulit untuk menepikan nama Cristiano Ronaldo, yang berkat segala kerja kerasnya kini menjadi salah satu pesepakbola terbaik di dunia. Alex Ferguson membongkar rahasia Ronaldo yang selalu datang pertama dan pulang terakhir di sesi latihan Manchester United.
Tokoh tak nyata yang jadi panutan saya adalah Hiruma Yoichi. Ia adalah anomali di dunia American Football. Mana ada quarterback kerempeng dan jabrik macam dia? Hiruma yang sadar kemampuan fisiknya payah berlatih keras demi bisa bermain Amefuto dan berlari 0,1 detik lebih cepat.
Dalam bidang apapun, bakat selalu punya peran. Tapi saya memilih percaya porsi bakat cuma sebanyak nasi restoran cepat saji. Sedangkan porsi kerja keras sebanyak nasi restoran Padang yang dibawa pulang. Mlenuk.
Selain faktor bakat, sebetulnya keberuntungan juga bermain menentukan hasil. Tapi keberuntungan pun pilih-pilih siapa yang mau ia pacari. Seorang Maudy Ayunda tentu ogah memilih pasangan yang kerjanya cuma gluntungan memandangi kertas-kertas mimpinya. Tak ada usaha, cuma glutungan saja.
Simeone menginginkan juara La Liga, dan ia bekerja keras mengusahakannya. Menonton video rekaman pertandingan, menganilisis statistik, berdiskusi dengan staf pelatih, dan menjalin hubungan dengan pemain cuma gambaran kulit apa saja yang dilakukan Simeone. Detilnya hanya ia dan orang-orang terdekatnya yang tahu.
Saya punya teman yang hampir selalu mendapat apa yang inginkan. Mau kuliah di PTN ternama, terwujud. Mau dapat pacar yang ada isi otaknya, dapat. Mau kerja di kementerian, berhasil. Orang bilang ia banyak digendoli bejo, tapi saya tahu sendiri bagaimana ia fokus dan benar-benar berusaha.
Teman saya itu, sebut saja Baphometh, belajar untuk ujian masuk PTN dengan tak mengacuhkan UN. Dan sejak masuk semester IV, Baphometh tekun belajar demi satu posisi di kementerian yang ia incar.
Ada juga teman yang otaknya tak cemerlang-cemerlang amat tapi masuk sekolah kedinasan yang diidamkan banyak remaja, baik putra, putri, maupun fusion keduanya.
Jika nanti Atleti bisa mengangkat trofi Si Kuping Besar, maka hadits Simeone di patut dihukumi shahih. Kamu punya cita-cita menyusul Maudy di Inggris sana, tapi saat ini masih leha-leha baca Shingeki no Kyojin dan menggeletakkan buku latihan IELTS begitu saja? Segera datangi Bellatrix Lestrange dan minta dia melempar kutukan cruciatus padamu.
Shesar_Andri ~ Jakarta, 24 Mei 2014
masih menyesali kegagalan Tim Thomas Indonesia